Laman

Selasa, 03 Mei 2016

Terapi Okupasi untuk Peningkatan Sensori Integrasi

sasanachildcare.wordpress.com
        Mungkin diantara kalian belum mengetahui apa itu Okupasi Terapi dan Sensori Integrasi.  Nah,.. di dalam postingan blog saya kali ini, saya akan membahas tentang Okupasi Terapi  dan kaitanya dengan peningkatan sensory integrasi.  Sebelum resmi menjadi mahasiswa Okupasi Terapi Poltekkes Surakarta, saya sendiri juga tidak mengetahui apa itu okupasi terapi dan apa itu sensory integrasi. Dan kemudian setelah berbulan-bulan menjadi mahasiswa okupasi terapi saya mulai mengetahui sedikit demi sedikit apa itu Okupasi Terapi. Mengenai sensory integrasi, saya belum mengetahui lebih jelas tentang hal ini karena materi kuliah yang saya terima belum mendalami hal tersebut.  Tetapi kalian jangan khawatir, saya telah mencari dan mengumpulkan beberapa sumber yang berkaitan tentang okupasi terapi terhadap peningkatan sensory integrasi.

Occupation didefinisikan sebagai aktifitas yang familiar dan dilakukan manusia secara rutin. Yang diklasifikasikan dalam beberapa bagian:
1.       Produktifitas/Bekerja/Bermain,
2.       Leisure (aktifitas waktu luang)
3.       Self Care (mempertahankan keberadaan dalam lingkungan sosial)

Okupasi terapi memandang manusia sebagai sosok yang kompleks dan dinamik. Permasalahan kesehatan akan mempengaruhi kemampuan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam hubungannya dengan lingkungan. Secara umum, OT dapat memberikan treatment pada kondisi seperti adanya gangguan neurologis seperti Cerebral Palcy, disabilitas fisik seperti Spina Bifida, Gangguan tumbuh kembang, Gangguan/Kesulitan Belajar (Learning Disability), Gangguan Mental/ Perilaku, kondisi ortopedi dan anak-anak dengan Autistik Spectrum Disorder.

Bermain adalah pekerjaan/aktifitas utama anak. Melaui bermain, belajar tentang dirinya, dan dunia sekitarnya (Sensory Integration International, 1991). Melalui hal tersebut, Okupasi Terapis dapat memberikan aktifitas bermain pada anak setiap sesi terapi. Sehinggga anak akan memiliki dorongan dalam diri untuk bergerak, bereksplorasi dan belajar melalui pengalaman yang menyenangkan. Pembelajaran yang paling baik adalah saat anak mendapat pengalaman yang menyenangkan, memuaskan dan aman. Terapi dilakukan dengan bermain adalah sangat penting pada proses pencapaian dan tujuan terapeutik.

dokterindonesiaonline.com
Istilah Sensori Integrasi (SI) diterbitkan kepada publik pertama kali tahun 1966 oleh Jean Ayres Phd OTR tentang intervensi metode SI dan peran OT dalam metode tersebut.

Sensori integrasi merupakan teori dan metode yang membantu memberikan penjelasan pada beberapa prilaku yang dimunculkan pada anak berkebutuhan khusus berhubungan dengan permasalahan proses sensori yang terjadi. Serta memberikan strategi penanganan yang dapat dilakukan di pusat terapi, rumah dan sekolah secara tepat.

Setiap detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk kedalam tubuh manusia seperti aliran air sungai yang tak hentinya. Tidak hanya dari telinga dan mata, tapi dari seluruh bagian tubuh. Sang anak harus mampu untuk mengatur seluruh sensori tersebut jika seseorang ingin bergerak, belajar dan berprilaku. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan lingkungan disekitar.

Berdasarkan teori bahwa proses pengintegrasian sensori berada di otak yang mengatur jalur informasi sensori yang kemudian diproses hingga akhirnya menjadi respon atas situasi yang terjadi di lingkungan. Otak dalam hal ini berperan sebagai polisi yang mengatur lalu lintas informasi sensori sehingga dapat diproses secara efisien.

Sensori Integrasi dalam hal ini berperan menemukan jawaban kesulitan sang siswa selama proses belajar di sekolah yang berhubungan dengan masalah pada proses sensori. Penanganan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan karakteristik dan keunikan yang dimiliki dengan masalah yang saat ini dihadapi.

Dengan sebuah keyakinan bahwa “setiap anak memiliki potensi yang perlu dikembangkan”, sensori integrasi melakukan penanganan dengan media permainan yang memiliki efek terapuetik sehingga masalah yang dihadapi saat disekolah dapat diatasi.

  • Masalah Sensori Integrasi

Arti kata "masalah" dapat diartikan juga kurang berfungsi. Yang artinya otak memiliki kesulitan untuk melakukan fungsinya secara efisien sebagai mestinya. Kata "sensori" berarti terjadi inefisiensi kemampuan otak dalam memproses informasi dari sistem sensori. Yang menyebabkan kesulitan bagi sang individu untuk mengetahui keberadaan dirinya dan hubungannya dengan lingkungan. Dengan permasalahan SI, anak mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan tertentu, yang menghambatnya untuk bereksplorasi, kreatif dan mengorganize dirinya saat berada di lingkungan. Perilaku defensive membuat anak merasa sangat berhati-hati untuk menerima informasi sensori. Dunia seakan menakutkan, karena kesulitan untuk dapat memproses semua sensori yang diterima tubuhnya. Mekanisme protektif lebih dominan dibandingkan mekanisme diskriminatif.

Okupasi Terapi dengan melakukan metode Sensori Integrasi membantu untuk menjelaskan permasalahan untuk melakukan aktifitas yang berhubungan dengan permasalahan sensori yang dimunculkan dengan melihat juga aset dan limitasi yang dimiliki. Sehingga terformulasikan strategi penanganan yang sesuai dengan keunikan anak sebagai suatu individu.

  • Alert Program 

Setiap kegiatan yang dilakukan siswa memiliki pengaruh pada kegiatan berikutnya, hal ini berhubungan dengan tingkat kemampuan untuk mengontrol diri dari setiap beban pada aktifitas sebelumnya. Namun setiap siswa memiliki keunikan tersendiri untuk mampu melakukan kontrol diri secara efektif. Dengan melakukan kompensasi atau strategi pada satu atau beberapa hal yang mungkin luput dari pengawasan guru, yang tanpa disadari sang siswa memberikan suatu informasi yang sangat berharga bagi terapis, guru dan orang tua untuk dikembangkan menjadi sesuatu strategi yang efektif.

Kompensasi atau strategi yang dilakuan sang siswa untuk dapat tetap berkonsentrasi merupakan pemberian input sensori dan motorik yang menstimulasi otak untuk tetap dapat bekerja secara efisien. Alert Program membagi atas 5 kemungkinan kompensasi atau strategi yang dilakukan sang siswa, yaitu :
1. Memasukan sesuatu pada mulut (input oral-motor)
2. Bergerak ( input vestibular dan proprioseptif)
3. Sentuhan (input taktil)
4. Penglihatan (input visual)
5. Mendengar (input auditori)

Mencari dan menentukan kompensasi atau strategi sensori-motorik membantu terapis, guru dan orang tua untuk menerapkan strategi yang berguna dalam mempertahankan keberadaan siswa di kelas pada situasi yang berbeda. Dengan menganalisa seberapa banyak, seberapa sering dan berapa lama kompensasi atau strategi tersebut dilakukan guru dapat melihat dorongan apa yang dibutuhkan bagi anak siswanya dapat memacu kerja otak pada level yang sesuai.

Metode Alert Program mempunyai beberapa tujuan, antara lain adalah sebagai berikut :
1.Memberikan kesempatan pada sang siswa untuk lebih memahami dirinya.
2.Mengajarkan sang siswa menangani masalah yang dihadapinya dengan keunikan karakteristik yang dimilikinya.
3. Sang siswa mampu menangani masalah yang dihadapi secara mandiri untuk dapat menyerap materi yang diberikan secara efektif dan efisien.

  • Penanganan Terapi Berbasis Sekolah

Merupakan penanganan terapi yang dilakukan pihak sekolah pada siswa-siswa dengan berkebutuhan khusus. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dan pengajaran juga memenuhi kebutuhan anak siswanya untuk mencapai hasil pembelajaran yang efisien dan efektif.

Dengan menciptakan tim pendidikan yang terdiri dari guru, orang tua dan terapis yang saling bekerja sama untuk mengembangkan strategi penanganan yang dapat menjangkau keseluruhan aspek sang siswa terutama saat di sekolah. Penanganan terapi berbasis sekolah terdiri atas 3 tahapan, yaitu :
1.       Intervensi secara langsung
Terapis melakukan terapi secara langsung untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki sang siswa. Hal ini dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas.

2. Konsultasi
Bertujuan membantu guru dan orang tua menjelaskan masalah dan menentukan solusi yang dapat dilakukan. Pertemuan secara reguler perlu dilakukan untuk melibatkan guru dan orang tua secara lebih aktif bagi perkembangan sang siswa. Hasil yang ingin dicapai adalah kemampuan untuk memahami prinsip dasar penanganan terapi dan mengaplikasikannya di lingkungan kelas dan sekolah.

3. Monitoring
Terapis, guru dan orang tua melakukan evaluasi berkala atas penerapan rencana strategi yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Hal ini mutlak dilakukan mengingat terdapat beberapa penerapan yang dievaluasi dalam perhitungan waktu tertentu, seperti penerapan Wilbarger Protocol dan Alert Program.

Referensi :

Ayres, A. J. (1972b). Types of sensory integrative dysfunction among disabled learners. American Journal of Occupational Therapy, 26, 13-18.
Ayres, A. J. (1989). Sensory Integration and Praxis Tests. Los Angeles, CA: Western Psychological Services
Article from S.I Focus magazine, Spring and Winter 2004 edition.
https://kpsschoolevent.wordpress.com/ (diakses pada 3 Mei,2016)
Sensory Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi. Di unduh dari http://saripediatri.iad.or.id/ (diakses pada 3 Mei, 2016)